Rabu, 21 November 2012

DIALOG YANG MACET (KENAPA YA?)



http://saksidanbukti.wordpress.com/2012/06/08/yang-islam-tidak-faham-tentang-idul-adha/#comment-524


Tanggapan:


hamdan pati

Kisah Pengurbanan Ibrahim Menurut Al-qur’an:
LOGIC DAN MENANG FAKTA

Al-qur’an tidak menyebutkan nama Ismail yang dikurbankan Ibrahim, begitu juga dalam Alkitab yang asli (Alkitab dalam bahasa Aramik / zaman Rabbi Ezra), nama Ishak / Ismail pun tidak disebutkan. Kata “yakni Ishak” yang tercantum dalam Alkitab yang sekarang ini, adalah sisipan oleh tangan-tangan jahat Yahudi. Bahkan menurut Al-qur’an, orang-orang Yahudi tidak hanya menyisipkan kata-katanya sendiri, tapi juga mengubah letak ayat-ayat Alkitab dari tempat-tempatnya semula. (QS Al-baqarah: 79 dan QS An-nisa: 46).
Untuk meneliti siapakah yang dikurbankan Ibrahim menurut Al-qur’an, marilah kita baca dengan cermat mulai ayat (100) sampai dengan ayat (113). Ingat! Sampai ayat (112) dan (113). Sebab pada ayat-ayat itulah nama Ismail akan terungkap.

Terjemah kisah pengurbanan Ibrahim menurut Al-qur’an (QS As-shaffat:100-113):
  1. (100). “Ya Tuhanku, anugerahilah aku (seorang anak) yang termasuk anak-anak yang sholeh”. 
  2. (101). Maka kami gembirakan dia dengan (kelahiran) seorang anak yang amat sabar (penyantun).
  3. (102). Maka tatkala anak itu telah sampai pada usia dapat membantu bapaknya, berkatalah Ibrahim: “Wahai anakku sayang, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, bahwa aku menyembelihmu. Untuk itu bagaimana pendapatmu?” anaknya menjawab: “Wahai bapakku. Laksanakanlah apa yang diperintah Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatkan aku termasuk golongan orang-orang yang sabar.”
  4. (103). Maka tatkala keduanya telah menyerahkan diri (kepada perintah Allah) dan Ibrahim telah merebahkan anaknya (di tempat penyembelihan)
  5. (104). Kami panggil dia: “Hai Ibrahim” (jangan kau lanjutkan)
  6. (105). “Sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik.”
  7. (106). “Sesungguhnya perintah (penyembelihan) ini benar-benar ujian yang nyata”
  8. (107). Dan Kami tebus sembelihan itu dengan sembelihan yang agung.
  9. (108). Dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.
  10. (109). (yaitu) Kesejahteraan yang senantiasa dilimpahkan atas Ibrahim
  11. (110). Demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
  12. (111). Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman
  13. (112). Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishak, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. 
  14. (113). Dan Kami limpahkan keberkatan atasnya (Ismail) dan atas Ishak. Dan di antara anak cucu mereka berdua (Ismail dan Ishak) ada yang berbuat baik dan ada yang dzalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. 

Penjelasan:
  1. Ayat (100) dan (101) menceritakan keinginan Ibrahim punya anak. Kemudian Tuhan menggembirakan Ibrahim dengan kelahiran seorang anak yang sabar. Siapakah anak pertama Ibrahim? Tentu Ismail. 
  2. Ayat (102) s.d (107) menceritakan ketika Ismail sudah pada usia dapat membantu bapaknya, Tuhan menguji Ibrahim dengan ujian yang sangat berat: menyembelih satu-satunya anak yang dirindukannya selama 85 tahun (anak tunggalnya itu). Dan Ibrahim lulus ujian. Tuhan mengganti Ismail dengan hewan kurban.
  3. Ayat (108) s.d (111) menceritakan janji Tuhan untuk memberi penghargaan (reward) kepada Ibrahim yang telah lulus ujian. Janji yang pertama adalah Tuhan akan mengabadikan nama Ibrahim “di kalangan orang-orang yang akan datang kemudian” . Janji ini sudah digenapi Tuhan yaitu “di kalangan Muslim”. Setiap shalat (pada tahiyat akhir), orang Islam berkewajiban membaca salawat (do’a dan salam sejahtera) buat nabi Muhammad dan nabi Ibrahim. (“kama shallaita ala sayyidina ibrahim…dst). 
  4. Ayat (112) dan (113) menceritakan janji Tuhan yang kedua dan telah digenapi-Nya. Sebagai penghargaan (hadiah yang bersifat fisik), Ibrahim dijanjikan Tuhan akan digembirakan lagi dengan kelahiran Ishak, sebagai anak perjanjian. Kemudian Tuhan berkata bahwa kedua anaknya (Ismail dan Ishak) diberkati. “Dan di antara anak cucu MEREKA”, kata Tuhan, ada yang berbuat baik dan ada yang dzolim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.

Orang yang tidak paham Bahasa Arab dan tidak paham Gaya Bahasa Al-qur’an akan membantah ayat (112) dan (113) karena di situ tidak ada nama ‘Ismail’. Yang ada adalah nama ‘Ibrahim’ dan nama ‘Ishak’.
Ini perlu penjelasan:
  1. Huruf ‘waw’ dalam kalimat “WA BASYARNAHU” (112) disebut ‘waw ath littarbi bil ittishali’, yaitu huruf penghubung (conjunction) antara DUA PERISTIWA YANG TERJADI SECARA BERURUTAN. Dengan demikian maka ayat (112) tentang kelahiran Ishak itu disebutkan (ada), karena ada peristiwa sebelumnya, yaitu peristiwa penyembelihan anak Ibrahim. Siapakah anak Ibrahim yang disembelih yang kejadiannya sebelum kelahiran Ishak? Tentu Ismail. 
  2. Ayat (112) itu diperkuat dengan ayat (113) yang menyatakan Allah memberkati kepada-nya (Ismail) dan kepada Ishak. “Dan di antara anak cucu MEREKA” (Ismail dan Ishak), kata Tuhan, ada yang berbuat baik dan ada yang dzolim.
  3. Tuhan menggunakan kata “dan di antara anak cucu MEREKA” (WA MIN DZURRIYATI HIMA) apa mungkin ditujukan kepada “anak cucu Ibrahim dan Ishak” ? Bukankah mereka sendiri hubungannya adalah antara “anak dan bapak” (satu garis keturunan)? Kalau yang dimaksudkan Tuhan adalah “anak cucu Ibrahim dan anak cucu Ishak”, cukuplah dikatakan “anak cucu Ibrahim” (DZURRIYATA HU), sebab anak cucu Ibrahim sudah mencakup anak cucu Ishak. 
  4. Tuhan menggunakan kata “dan di antara anak cucu MEREKA” (WA MIN DZURRIYATI HIMA), hal ini jelas menunjuk pada dua orang anak yang masing-masing menurunkan anak cucu (dua garis keturunan). Siapa lagi kalau bukan anak cucu Ismail dan anak cucu Ishak? Jadi, dalam ayat (113) kalimat WA MIN DZURRIYATI HIMA itu artinya: DAN DI ANTARA ANAK CUCU ISMAIL DAN ISHAK, bukan DAN DI ANTARA ANAK CUCU IBRAHIM DAN ISHAK!
Kesimpulannya: Ternyata ada nama ‘Ismail’ yang secara implisit disebutkan Tuhan dalam Al-qur’an (QS As-shaffat:100-113).

Inilah sifat paradoksal dalam Alqur’an dan Alkitab tentang kisah pengurbanan Ibrahim :
Meskipun Al-qur’an tidak dengan jelas menulis nama ‘Ismail’, tetapi bagi orang-orang yang teliti dan cermat, ia akan menemukan nama itu (Ismail) yang dikurbankan Ibrahim.
Sebaliknya,
Meskipun Alkitab menulis dengan jelas, “yakni Ishak”, tetapi bagi orang-orang yang teliti dan cermat, ia akan menemukan kejanggalan-kejanggalan bila Ishak yang dikurbankan Ibrahim.

Sekarang mari kita berkontemplasi:
Umat Yahudi, Umat Kristen dan Umat Islam sama-sama meyakini peristiwa sejarah pengurbanan Ibrahim dengan versinya masing-masing. Tetapi di antara mereka, siapakah yang dikehendaki Tuhan untuk melakukan ‘napak tilas’ sejarah pengurbanan Ibrahim?
Apakah fakta bahwa Umat Islam-lah yang setiap tahunnya melakukan napak tilas sejarah pengurbanan Ibrahim adalah suatu kebetulan saja? Tentu tidak. Segala sesuatu pasti atas kehendak-Nya. Tuhan menghendaki ada suatu umat yang melakukan napak tilas sejarah pengurbanan yang purna itu, agar peristiwa itu dikenang manusia sepanjang zaman. Dan umat yang dipilihnya adalah umat yang berhak merayakannya! Inilah rancangan Tuhan. Dan inilah yang saya katakan Islam itu logic dan menang fakta!



TANGGAPAN SAYA ATAS ULASAN HAMDAN PATI PERIHAL “YANG ISLAM TIDAK FAHAM TENTANG IDUL ADHA”

Saudara hamdan pati,
Agar Anda tahu bahwa Alkitab memberikan kisah yang paling akurat tentang isu “Persembahan Abraham,” yang Anda dan saudara-saudara Muslim klaim sebagai Ismail yang dikorbankan.
Dari mana Anda tahu bahwa pada teks Asli Alkitab itu tidak terdapat nama Ishak atau Ismail” Dan dari mana pula Anda mengetahui bahwa nama Ishak ditambahkan oleh orang-orang Yahudi yang jahat? Agara Anda tahu ya, bahwa orang-orang Yahudi mempunyai kketelitian yang luar biasa pada saat menulis atau menyalin ulang ayat-ayat Alkitab. Bahkan kisah ini telah sangat jelas narasinya dalam Alkitab.

Mari saya tunjukan, pada Anda :
 

Peristiwa “PENGORBANAN ABRAHAM ITU” terjadi jauh setelah Ismael dan Hagar meninggalkan kemah Abraham ( karena disuruh pergi – atau lebih tepatnya diusir oleh Abraham dan Sarah – Kejadian 21:8-21) hal itu dikarenakan saat Ishak baru disapi Sarah melihat Ismail menjahili Ishak, sehingga Sarah meminta agar Hagar dan Ismael diusir dari kemahnya. Selanjutnya perhatikan kisah ini dengan penuh perhatian dan lebih teliti alur ceritanya ya?Kejadian 21:8-21:

21:8 Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu. ( anak yang dimaksud disini Ishak ya?)
21:9 Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri.
21:10 Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”
21:11 Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.
21:12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.
21:13 Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena ia pun anakmu.”
21:14 Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.
21:15 Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,
21:16 dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.
21:17 Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.
21:18 Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”
21:19 Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum.
21:20 Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.
21:21 Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir.

Kata “BERMAIN ”dalam ayat 9, itu ada indikasi “menjahili atau menganiaya” Ishak karena itu diperjelas dalam Perjanjian Baru oleh Rasul Paulus dalam Galatia sbegai berikut: “Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar – Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab — dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. (Galatia 4:24-25)

Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini. Tetapi apa kata nas Kitab Suci? “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu.”(Galatia 4:28-30) 

Jadi Alkitab sudah sangat jelas menggambarkan tentang khakter Ismael yang adalah seorang yang kasar dan suka menganiaya. Dan akan hal itu pun sudah disebutkan Malaikat Tuhan yang mendapatkan Hagar di padang gurun waktu ia masih mengandung Ismael, melarikan diri dari majikannya Sarah, karena tak tahan atas penderitaan akibat sikap kesombongan Hagar sendiri yang memandang rendah Sarah majikannya. Lihat Kejadian 16:7-12: Lebih lengkap dapat dibaca dibahwa ini:

16:7 Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.
16:8 Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.”
16:9 Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”
16:10 Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.”
16:11 Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.
16:12 Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”

Perhatikan saat itu kepada Hagar telah diberitahu oleh Malaikat bahwa Ismail itu prilakunya akan seperti “seekor keledai liar.” (Kejadian 16:12).
SEKALI LAGI CATAN PENTING AGAR JANGAN LUPA PERISITIWA “PENGUSIRAN TERHADAP HAGAR DAN ISMAEL ITU” TERJADI SAAT ISHAK BARU DISAPI ARTINYA ISHAK MASIH KECIL. 

2.  Alkitab berkata bahwa tidak lama setelah peristiwa “pengusiran itu” itu Isamail menikah dan tinggal di padang gurun Paran. “ Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir.(Kejadian 21:21) Setelah peristiwa itu dalam kurun waktu yang tentu agak lama Allah berfirman kepada Abraham untuk mempersembahkan putra tunggalnya Ishak. Kejadian 22:1-19:

22:1 Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.”
22:2 Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
22:3 Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
22:4 Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.
22:5 Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.”
22:6 Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
22:7 Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?”
22:8 Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
22:9 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
22:10 Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
22:11 Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.”
22:12 Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”
22:13 Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
22:14 Dan Abraham menamai tempat itu: “TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.”
22:15 Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,
22:16 kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri — demikianlah firman TUHAN –: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
22:17 maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
22:18 Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”
22:19 Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba; dan Abraham tinggal di Bersyeba.

Disini Tuhan Allah menyuruh Abraham mempersembahkan putera tunggalnya yang dikasihinya. Okay, katakanlah kalau dalam Alkitab nama Ishak tidak dicantungkan. (kita berasumsih demikian) Maka yang muncul di dalam pikiran kita kira-kira siapakah “putra tunggal yang dimaksutkan Tuhan Allah ? Apakah itu berarti Ismael? Tentu TIDAK ! Karena Ismael telah lama pergi dari kemah Abraraham karena diusir. Jadi Alkitab hanya menyisahkan satu alternnatif pilihan bahwa “putera tunggal yang dimaksudkan Tuhan Allah kepada Abraham tidak lain adalah Ishak! 

JADI ALKITAB TIDAK MEMBERI CELA KESAMAR-SAMARAN DALAM KASUS INI. KARENAN ALKITAB DENGAN TERANG BENDERANG MENYATAKAN BAHWA YANG DIMINTA TUHAN DARI ABRAHAM ADALAH ISHAK, WALAU PUN KEMUDIAN ISHAK PUN TIDAK JADI DIPERSEMBAHKAN KARENA N DIGANTI OLEHY SEOKOR DOMBA JUANTAN.

“ Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.”( Kejadian 22:13)

3. Anda berkata, “Tuhan menghendaki ada suatu umat yang melakukan napak tilas sejarah pengurbanan yang purna itu, agar peristiwa itu dikenang manusia sepanjang zaman. Dan umat yang dipilihnya adalah umat yang berhak merayakannya! Inilah rancangan Tuhan. Dan inilah yang saya katakan Islam itu logic dan menang fakta!
APA ARTINYA SEBUAH RITUAL TANPA MAKNA ?
Bagi kami orang Kristen ritual itu harus member tuntunan pada iman yang lebih bermakna dari pada sekedar upacara lahiriah belaka. Kami orang Kristen tahu dan percaya dengan pasti bahgwa penyembelihan “binatang korban” (entah itu domba atau binatang apa saja – yang halal tentunya, bukan baru terjadi setelah Allah meminta Abraham mempersembahkan putera tunggalnya. Karena hal itu telah dilakukan oleh Allah sendiri di Taman Eden sebagai tebusan bagi Adam dan Hawa ketika mereka jatuh dalam dosa.” Sebab saat mereka sebelum diusir keluar dari Taman Eden Allah telah menyemblih dua ekor binatang dan menjadikan pakaian bagi mereka guna menutupi ketelanjangan mereka akibat dosa mereka. ( kemungkinan domba yang disembelih untuk mereka.) lihat Kejadian 3:21-23

3:21 Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
3:22 Berfirmanlah TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.”
3:23 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.
3:24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.

Demikian jelas terlihat suatu “tipologi”dari konsep penebusan yang menuntut pengorbanan darah binatang.sangat jelas terlihat dari sini. Dua ekor binatang telah disembelih menjadi korban pengganti bagi Adam dan Hawa agar mereka boleh tetap hidup dan hal itu pula yang diajarkan mereka pada putera-puteranya Kain dan Habel. Namun Kain melakukan sesuatu yang menyimpang dari itu dengan tidak mempersembahkan binatang korban akibatnya persembahannya tidak diterima Tuhan. Sedangkan Habel mempersembahkan korban bakaran sekor domba yang karenanya ia dierima Tuhan. Prinsip ini yang terus dilakukan oleh orang-orang percaya sepanjang sejarah Perjanjian Lama, termasuk Nuh, lalu Abraham dan berlangsung terus dalam kehidupan umat Allah –Israel. Karena Alkitab berkata, “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa.”lihat Ibrani 9:22:
“Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”( Ibrani 9 :22)

4. Bagi kami napak tilas yang merujuk pada Abraham itu tidak perlu dilakukan lagi, karena yang dilakukan Abraham itu hnayalah suatu baying dari “korban yang sesungguhnya dan yang paling agung” dalam diri YESUS KRISTUS SANG ANAK DOMBA ALLAH. Seperti yang dikemukakan oleh Yohanes Pembaptis ketika menunjuk Yesus Kristus seraya berkata, “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29) Kenapa berkutat dalam sesuatu yang hanya bayangan sedangkan yang sesungguhnya “SUDAH DATANG DAN SUDAH DIKORBANKAN.” Ketika Tuhan Yesus berada dikayu salib Ia member suatu deklarasi dengan berseuh, “TETELSTAI”(bhs. Yunani ) artinya “SUDAH GENAP” atau “SUDAH SELESAI!” Korban yang dibutuhkan untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa di dunia telah dikerjakan dengan penuh, genap dan selesai. Karena itu tak perlu lagi korban lain, karena korban Maha Agung telah dilakukan. Seperti nyang dikatakan penulis kitab Ibrani dalam Ibrani 10:11-24, demikian:
10:11 Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
10:12 Tetapi Ia,( Maksudnya Yesus Kristus) setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,
10:13 dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
10:15 Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita,
10:16 sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,
10:17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”
10:18 Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.
10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
10:20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

5. Jadi Yesus Kristus adalah Korban sejati dan sempurna, sekaligus pada saat yang sama Ia sendiri sebagai Imam besar Agung yang berdiri di hadapan Allah Bapak, mengerjakan pendamaiaan dan penebusan dosa sekalian bangsa. Rasul Petrus menyebut Dia sebagai batu penjuru yang mahal, ketika berkata, “Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”( I Petrus 2:6) Sedangkan Rasul Yohanes bersaksi tentang Dia ( Yesus Kristus ), bahwa “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”( Yohanes 14:6)

6. Dan Penlis Ibrani menegaskan, Ibrani 2:14-18 demikian:
2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia ( Yesus Kristus) juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia (Yesus Kristus) memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;
2:15 dan supaya dengan jalan demikian Ia (Yesus Kristus) membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
2:16 Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia (Yesus Kristus) kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia ( Yesus Kristus) kasihani.
2:17 Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia ( Yesus Kristus) harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia ( Yesus Kristus) menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
2:18 Sebab oleh karena Ia sendiri ( Yesus Kristus) telah menderita karena pencobaan, maka Ia ( Yesus Kristus) dapat menolong mereka yang dicobai.”
Sekian! Tuhan Yesus memberkati. Amen


hamdan pati

Salam kenal Sdr Lazararus L St Toenlioe,
 Saya akan menanggapi tulisan Anda sedikit-sedikit saja agar lebih konsen dan tidak monoton. Di samping itu, juga karena saya harus bagi-bagi pekerjaan,…

Anda bilang:
Dari mana Anda tahu bahwa pada teks Asli Alkitab itu tidak terdapat nama Ishak atau Ismail” Dan dari mana pula Anda mengetahui bahwa nama Ishak ditambahkan oleh orang-orang Yahudi yang jahat?

Jawab:
Saya kan sudah bilang itu dari Al-qur’an (QS Al-baqarah: 79 dan QS An-nisa: 46). Kalau Anda pingin tahu Taurat yang asli yang tidak ada sisipannya “yakni Ishak”, silakan cari sendiri Taurat yang ditulis nabi Ezra (th 445 SM) dalam bahasa Ibrani http://id.wikipedia.org/wiki/Ezra Kenapa Tauratnya nabi Ezra diganti dengan Septuaginta (th 285 SM) dalam bahasa Yunani http://id.wikipedia.org/wiki/Septuaginta …? Dan kenapa Taurat nabi Ezra dalam bahasa Ibrani (Tanakh) itu kini sudah tidak ada lagi? Dimusnahkan ya?

Anda bilang:
Peristiwa “PENGORBANAN ABRAHAM ITU” terjadi jauh setelah Ismael dan Hagar meninggalkan kemah Abraham ( karena disuruh pergi – atau lebih tepatnya diusir oleh Abraham dan Sarah – Kejadian 21:8-21) hal itu dikarenakan saat Ishak baru disapi Sarah melihat Ismail menjahili Ishak.

Jawab:
Begini, … pada awalnya, yang menyuruh Ibrahim mengusir Ismail dari tanah Kanaan (Palestina) ke Paran (Arab) adalah Sara. Ibrahim sendiri tidak mengusir Ismail kalau tidak disuruh Sara. Bagaimana mungkin seorang ayah kandung mengusir anak yang telah dirindukannya selama 85 tahun? Bagaimana mungkin seorang nabi besar melakukan kekerasan dalam rumah tangganya sendiri? Berbuat sewenang-wenang (KDRT) terhadap anak kandungnya sendiri tidak mungkin dilakukan oleh seorang nabi! Jadi, pada awalnya, yang mengusir Ismail itu Sara, bukan Ibrahim. 

Inilah perintah Sara kepada Ibrahim: “Usirlah hamba perempuan itu bersama anaknya , sebab anak hamba itu tidak akan menjadi ahli waris bersama anakku, Ishak.” (Kej 21:10). 

Ternyata Sara mengusir Ismail itu motivasinya hal WARISAN, bukan karena ISMAIL MENJAHILI ISHAK — seperti tuduhan PAULUS. Kalau memang Ismail ‘menjahili’ Ishak, mestinya Sara mengatakan: “Usirlah hamba perempuan itu bersama anaknya , sebab anak hamba itu MENJAHILI anakku, Ishak.”
Karena masalah WARISAN, ..maka wajar apabila Ibrahim sendiri merasa sebal dengan peristiwa pengusiran itu. Tapi Tuhan menyuruh Ibrahim agar menuruti saja perintah Sara. “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu. Dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya.” (Kej 21:12). Dalam bahasa kita sehari-hari, kira-kira Tuhan bilang begini: “Sudahlah Ibrahim,…tidak usah pusing kau…. turuti saja perintahnya Sara… (Sara itu punya rencana, dan Aku pun telah merencanakan)!” Jadi, Ibrahim mengusir Ismail itu sebenarnya tidak menuruti perintah Sara, tapi menuruti perintah Tuhan. SARA PUNYA RENCANA (soal warisan harta), TUHAN PUN TELAH MERENCANAKAN (soal warisan kerasulan). Coba Anda kaji saja ayat-ayat ini ada hubungannya apa tidak menurut Anda? Kej 21:10 —> Mazmur 118:22 —-> Matius 21:42-43 —-> back to Kej. 21:17-18 —-> siapakah di antara anak BANGSA yang diturunkan Ismail yang menjadi rasul?
———————————————————————————
Harap Anda tahu:
Meskipun Ismail dan Ishak dipisahkan Tuhan, tapi hubungan antara kedua saudara ini tetap akrab. Buktinya setelah dewasa dan punya anak-anak mereka besanan (Kejadian 28: 8-9; Kejadian 36:2-3). Ketika Abraham sakit, Ishak memberitahu Ismail. Buktinya? Mereka berdua yang memakamkan Abraham saat wafat (Kejadian 25:7-9). Jadi, hubungan antara dua saudara ini sebenarnya tidak ada masalah. Orang-orang Yahudi saja yang rasis dan benci sama Ismail. Karena itulah tauratnya Ezra (Tanakh) diedit, disisipi “yakni Ishak” pada kej 22:2, kemudian dimusnahkan dan diganti dengan Septuaginta (70 tenaga ahli Yahudi yang pandai berbahasa Yunani). Kalau pingin bukti tentang hal ini, ya buktikan sendiri keberadaan tauratnya Ezra yang berbahasa Ibrani itu sekarang di mana?
———————————————————————————
 
Kemudian untuk sebutan ‘anak tunggal’ yang ditujukan kepada Ishak, sebab Ismail sudah dibuang ke luar negeri?

Saya jawab:
Alangkah naifnya saya, jika saya punya anak dua, tapi yang sulung dikehendaki Tuhan agar bekerja atau kuliah di luar negeri, dan ketika saya ditanya seseorang “anakmu berapa?” saya jawab: “saya hanya punya anak tunggal” (?)

Ishak adalah ‘anak perjanjian’, jadi Alkitab memberikan kisah yang paling akurat tentang isu “Persembahan Abraham” ini jika dan hanya jika Tuhan menggunakan istilah ‘anak yang Kujanjikan’, bukan ‘anak tunggal’.
———————————————————————————
Sekian dulu tanggapan saya, Sdr Lazararus L St Toenlioe 
Salam,

MERESPON AMRULLAH




Study Islam Rutin Bulanan
Bersama: Bp. Muhammad Zuhri

MERESPON AMRULLAH

Assalamualaikum w.w.
Bapak-bapak peserta kajian Islam yang saya hormati,
Pada saat ini ada dua momentum yang patut mendapat perhatian; momentum haji (pada bulan Dzulhijjah) dan momentum 1 Muharam (tahun baru Hijriah, 1 Suro). Momentum haji merupakan saat manusia di dalam menggarap diri telah mencapai puncaknya. Revolusi individu selesai dengan hadirnya ibadah haji, maka setelah bulan haji, bergantilah dengan tahun baru hijriah untuk melakukan revolusi sosial (revolusi umat).
Sekilas kita akan  mengkaji, mengapa haji sanggup menumbuhkan sesuatu yang besar dalam diri manusia? Bila hal itu datang kepada seseorang, maka ia bukan lagi sebagai seseorang (individu) melainkan sebagaimana yang dikatakan Allah kepada Ibrahim a.s:


"Sesungguhnya Ibrahim a.s. adalah 'umat' yang patuh kepada Allah lagi hanif”
(QS. An Nahl: 120)

Ibrahim a.s. yang hanya satu orang dikatakan Tuhan sebagai satu umat. Satu orang tapi disebut sebagai semua orang (satu umat); berarti Ibrahim as. adalah seorang yang sanggup berperan mewakili semua orang.
Momentum haji sebagai momentum berubahnya individu kecil menjadi individu besar sungguh merupakan momen yang luar biasa. Tidak sebagaimana yang dilaksanakan banyak orang; setiap orang yang memiliki banyak uang, karena merasa telah berkewajiban lalu berbondong­-bondong pergi ke tanah suci tanpa tahu akan diproses menjadi apa oleh Allah. Sepulang dari haji, tidak ada perubahan dalam dirinya; pemiki­rannya, tanggungjawabnya dan perjuangannya kepada umat.
"Ada satu orang haji yang mabrur pada musim haji nanti," kata Rasulullah s.a.w. menjelang musim haji tiba. Ketika musim haji telah tiba, beberapa orang berusaha menemukan haji yang mabrur itu - yang menurut petunjuk rasul berasal dari bani fulan. Semua pintu miqot dijaga, namun mereka tidak menemukannya.
"Ya, RasululIah. Seorang haji yang mabrur itu ternyata tidak ada, sebab tidak ada yang datang dari bani fulan," kata mereka. Rasulullah s.a.w menjawab: "Bagaimana ia bisa pergi haji? Dia adalah seorang tukang sol sepatu yang menabung bertahun-tahun untuk bisa menunaikan ibadah haji. Tetapi ketika musim haji tiba, tetangganya sakit, lalu uang yang hendak digunakan pergi haji dipakai untuk mengobatkan tetangganya yang sakit itu. Dialah yang mabrur meskipun tidak pergi haji."
Demikian berat untuk bisa menyandang haji yang mabrur di masa Rasulullah s.a.w. Apalagi pada zaman sekarang, ketika seseorang pergi haji, banyak kepentingan-kepentingan lain yang membonceng. Maka hendaknya setiap calon haji bertanya pada diri sendiri: Sudah memadaikah saya berangkat ke tanah suci? Bila benar­-benar sudah siap memikirkan umat, bertanggungjawab terhadap kesejah­teraan umat, silakan datang menghadiri konggres umat manusia sedunia, tempat Allah mewisuda seorang hambanya menjadi 'Ummatan qonitan-lillah' - sebagaimana yang dikatakan Allah kepada Ibrahim a.s.

TAWAT DAN SA'I
Umat Islam telah memiliki forum intemasionai jauh sebelum PBB dibentuk. Di dalam forum itu semua orang berkedudukan sama; berpakaian ihram yang sama, melakukan ritual yang sama tanpa dispensasi-dispensasi, sekalipun hal itu terhadap diri seorang raja. Harga
diri seorang raja serta-merta turun setelah sang raja mencium Hajar Aswad yang lebih dulu dicium seorang pengemis atau penderita Aids. Dalam diri tumbuh sebuah keyakinan bahwa penyakit itu tidak menular. Kemelaratan pun tidak akan menular.
Manusia dalam beraktivitas sehari-hari disimbolkan Tuhan sebagaimana tawaf mengelilingi Ka'bah. Hanya berputar-putar melakukan rutinitas; pergi-pulang, bekerja-istirahat, tidur-bangun dan seterusnya. Dalam hidup ini sudah beribu-ribu kali kita melakukan aktivitas­-aktivitas itu, namun kita tidak pemah merasakan bosan, bahkan kita cenderung menyayangi kehidupan ini karena di dalamnya kita temukan kenikmatan-kenikmatan Seyogyanya, rasa sayang terhadap kehidupan dimotivasi untuk meraih kemungkinan-kemungkinan yang lebih tinggi nilainya dari sekedar kenikmatan-kenikmatan hidup itu sendiri.
Ada hal-hal yang belum ditemukan oleh seorang individu ketika berjalan melingkar-lingkar antara tempat tidur dan kantor, antara tempat tidur dan pasar, antara tempat tidur dan ladang, antara tempat tidur dan tambak.  Ada yang belum kita miliki atau harus kita tambah; nilai-­nilai intelektual, nilai-nilai moral dan nilai-nilai spiritual. Setelah kita memperoleh nilai­nilai kehidupan yang senantiasa baru, kita sadar bahwa masa lalu hidup kita sung­guh teramat bodoh (lucu). Seba­gaimana Sayyidina Umar bin Khattab yang menangis dan tertawa ketika teringat kejadian di masa jahiliah; menangis menyesali telah membunuh anak perempuannya, kemudian tertawa ketika teringat pernah membuat sebuah patung dari korma untuk disembah, kemudian korma-korma itu (yang dipertuhankan sendiri) dimakannya.
Ada sesuatu yang mengulang atau berputar-putar pada diri manusia yaitu aktivitas fisiknya (disimbolkan dengan ‘tawaf’, namun ada sesuatu yang tidak mengulang dalam memperoleh nilai-nilai kehidupannya; semakin bertambah ilmunya, semakin baik akhlaknya, semakin tinggi level spiritualnya, itulah hakikat sa'i-nya manusia. Perjalanan lurus (sa’i) dalam ibadah haji yang tampak mengulang tujuh kali hakikatnya adalah sebuah perjalanan yang tidak mengulang; perjalanan Hajar yang berawal dari kondisi 'tidak memiliki air' dan berakhir dengan kondisi 'memperoleh air'. Itulah hakikat perjalanan linear Hajar dalam misi menyelamatkan putranya, Ismail.


AMRULLAH (PERINTAH ALLAH)
Bagaimanakah wawasan ketuhanan Ibrahim a.s. dalam menemukan kesadarannya? Feno­mena Ibrahim a.s. dalam menemukan kesadarannya dimulai dengan menatap bintang-bintang di langit.

"Ketika malam  menjadi gelap, dia melihat bintang-bintang lalu berkata: 'Inilah 'Tuhanku'."
(QS. Al-An'aam: 76)
Orang-orang suci, pahlawan­-pahlawan yang tertulis dengan tinta emas dalam sejarah, orang-orang yang pernah menyelamatkan bumi, semula menjadi rujukan hidup Ibrahim a.s.. Itulah nilai kehidupan yang dianggap paling tinggi. Tapi seolah Allah mengatakan, "Bukan. Itu bukan nilai yang tertinggi, itu bukan Tuhan. Mereka hanyalah bintang-bintang yang menyinari medannya pada suatu masa. Jangan kau sembah. Letakkanlah bintang-bintang (orang- orang suci) itu pada maqam (kedudukannya)."
Mengapa bintang-bintang menjadi simbol orang-orang besar di masa lalu? Sinar bintang yang kita terima di mata kita, bukanlah sinar bintang yang sekarang. Sebuah bintang memancarkan sinarnya nun jauh dari angkasa luar (outer space). Sinar bintang itu berjalan melewati tahun cahaya demi tahun cahaya dan ketika sampai di mata kita, boleh jadi bintang itu sudah musnah. Kebanyakan dari bintang-bintang besar meledak dan hancur berkeping­keping dalam peristiwa ledakan dahsyat yang disebut supernova.
Orang-orang suci bukanlah Tuhan, mereka ibarat tangan-tangan yang menuding ke arah (tujuan) yang benar, yaitu Allah. Maka seseorang dikatakan menghormati orang yang menuding bila ia melihat ke arah tudingan, bukan melihat tangannya yang menuding.
Setelah sadar bahwa bintang­-bintang (tangan-tangan yang menuding) itu bukan Tuhan, Ibrahim a.s. menemukan sesuatu yang lebih jelas dari bintang- bintang, yaitu bulan purnama.
"Kemudian tatkala ia melihat bulan purnama ia berkata: 'Inilah Tuhanku
(QS- Al-An'aam: 77)
Sinar bulan purnama lebih terang atau lebih jelas dari sinar bulan yang tampak sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya. Jadi, bila bintang-bintang menjadi simbol masa lalu, maka bulan purnama adalah simbol masa kini (masa yang paling jelas berlihat).
Kebutuhan apakah yang paling jelas pada diri Ibrahim saat itu? Kebutuhan terhadap istri yang bisa melahirkan anak. Sarah tidak bisa memberikan anak, maka ia meridloi Ibrahim as. mengambil Hajar sebagai pendampingnya. Hajar sanggup merealisasi kebutuhan Ibrahim as., maka cinta kasih Ibrahim a.s. yang tercurah kepada Hajar saat itu, menjadikan Sarah cemburu. Allah memerintah Ibrahim a.s. membuang Hajar beserta anaknya, seolah Allah mengatakan, "Kebutuhanmu saat ini (yang membahagiakanmu) itu bukan Tuhan. Mereka hanyalah tempat Tuhan menurunkan rahmat-Nya, maka janganlah kebutuhan-kebutuhan itu memperdayakanmu dalam menegakkan kalimat Tuhanmu. Letakkanlah mereka pada tempat yang semestinya. “Buanglah dia (Ismail) ke padang pasir!" Maka dibuanglah Hajar dari Kanaan (Yerusalem, Palestina) ke Paran (jazirah Arab).
Sarah hilang cemburunya setelah Ibrahim a.s. kembali ke Yerusalem (Palestina), lalu Allah menyuruh Ibrahim a.s. menjenguk Hajar dan anaknya (Ismail) - yang telah beberapa tahun ditinggal di padang pasir.
Menemukan Ismail sebagai anak yang tampan, cerdas lagi setia, timbul kebahgiaan yang meluap-luap pada diri Ibrahim a.s. "Inilah dia yang kelak menyambung perjuanganku mene­gakkan kalimat tauhid. Dialah 'matahari' yang besok pagi akan terbit dan bersinar." Setelah bulan purnama tenggelam, Ibrahim as. menemukan matahari sebagai tuhannya.

"Kemudian tatkala ia melihat matahari berbit, ia berkata: `Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar."
(QS. AL-An'aam: 78)
Allah seolah kembali mengatakan, "Bukan! Itu bukan Tuhan. Itu bukan nilai-nilai kehidupan yang tertinggi. Bawalah dia. Bantailah dia! Tiga malam berturut-turut Ibrahim bermimpi disuruh membantai anaknya sendiri. Inilah masalah manusia. Manusia memiliki tiga kekuatan besar dari Rabbul'alamin: 1). Kekuatan fisik 2). Ketajaman akal 3). Kelembutan moral. Ketiga kekuatan itu tidak sanggup menerima Amrullah yang berupa 'sembelihlah anakmu.' Akal mana yang membenarkan seorang ayah menyembelih anak yang, dicintai? Moral mana yang merelakan seorang ayah membantai anak yang dicintai? "Salah!", kata akal. "Itu kekejian yang luar biasa," kata moral. Begitu pula kekuatan fisik; tangan akan gemetar tak sanggup mengangkat pedang atau mengayunkan kapak bila untuk membunuh anak yang dicintai. Tetapi, itulah Amrullah. Tiga kekuatan manusia hancur menghadapi Amrullah. Saat itu, bila seseorang berbuat sesuatu (merespon Amrullah untuk membunuh anaknya sendiri), maka bukan dia yang berbuat sebab hakikatnya dia telah mati; telah meninggalkan akalnya, moralnya dan kekuatan fisiknya.
Demikianlah perintah dari Yang Mutlak. Bila Amrullah hadir pada seseorang, ia disebut 'mengalami kiamat' (kiamat sugro). Itulah saat perubahan besar pada diri manusia. Bukan kiamat kubro (hancurnya alam semesta), melainkan kiamat kehidupan seseorang yang berdimensi waktu. Saat matinya kehidupan individu dan lahirnya kehidupan individu baru. Bukan kehidupan fisikal, hukan kehidupan intelektual dan bukan kehidupan moral, tetapi kehidupan spiritual (kehidupan Abdullah), lahir sebagai Ahlullah (keluarga Allah).
"Wahai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya goncangan hadirnya sa'at (kiamat sugro, hancurnya individu kecil menjadi individu besar, Abdullah) adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari itu kalian menyaksikan ibu-ibu yang sedang menyusui bayinya lupa akan bayinya (moralitas hancur) dan ibu-ibu yang sedang hamil mengalami keguguran (kekuatan fisik sirna) dan kamu akan melihat manusia dalam kondisi mabuk sedangkan mereka tidak sedang mabuk (ketajaman akal tidak berjalan), akan tetapi (bila hal itu tidak terjadi, sebab seseorang tidak sanggup merespon Amrullah) sungguh adzab Allah itu sangat pedih" (QS. Al-Haj:1- 2)

Tiga kali Ibrahim a.s. bermimpi, berarti hal itu totalitas perintah dari Allah. Ia bersama Ismail akhirnya berjalan menuruti mimpinya itu, meskipun dengan hati yang masih teka-teki. Suara-suara setan yang mencoba memperdayainya, masih direspon dengan melempari batu­batu. Setelah sampai di sebuah tempat yang ditentukan Allah, yaitu di Mina, barulah Ibrahim a.s. yakin bahwa hal itu benar-benar perinfiah Allah (Amrullah). Maka diayunkannya sebilah kapak ke leher anaknya itu, dan Allah Yang Maha Kreator menggunakan kesempatan, mengang­kat lsmail dan menggantinya dengan seekor domba, seolah Dia mengatakan: "Aku sudah tahu kau ta'at pada-Ku. Tandanya kapak kau ayunkan. Tujuan-Ku bukan untuk membunuh Ismail, tapi melihat ketaatanmu pada setiap perintah-Ku; apakah engkau masih menggunakan akalmu, moralmu, dan kekuatan fiisikmu ketika berhadapan dengan perintah Ku?”
Apa yang dilakukan Ibrahim as. kini dikenang para jamaah haji dengan melakukan napak tilas. Bukan untuk menjadi seperti Ibrahim as., namun boleh jadi dalam diri tumbuh kesadaran akan keutuhan hidup mereka dengan seluruh umat manusia. Itulah yang dicita-citakan Ibrahim a.s.; membentuk sebuah struktur besar umat manusia yang disebut Ummatan Wahidatan (umat yang satu); umat yang memiliki satu tujuan yakni mengabdi (taat dan tunduk) pada setiap amr-Nya.
Peristiwa haji telah berlalu. Ibadah itu, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an (Surat Al-­Haj/ Haji ayat 1-2), telah menghancurkan individu kecil menjadi individu besar (Abdullah) yang kondisinya siap dilemparkan Allah ke dalam semesta umat manusia. Saat itulah satu orang individu siap melindungi semua orang dalam wilayah manajerialnya. Pepatah jawa mengatakan 'kodok kang wis ngemuli lenge' (seekor katak yang sanggup melindungi liangnya) atau 'warangka manjing curiga' (sebilah keris yang sanggup melindungi sarung / rangkanya); adanya seseorang menyebabkan seluruh bangsa tidak dimurkai Allah. Itulah derajat spiritual seorang haji yang mambur (insan kamil) --sebuah pangkat yang tidak mungkin diperoleh tanpa pengorbanan. Pengorbanan yang dimaksud adalah pengorbanan yang digambarkan sebagaimana pola garis spiral (yang melingkar tetapi tidak pernah bertemu). la adalah gabungan antara tawaf yang melingkar dan sa'i yang lurus. Perjalanan tawaf yang melingkar (berputar-putar, cosmos) dan sa'i yang lurus (linear) bertemu di satu titik tatkala wukuf di Arofah dalam kondisi ma'rifat. Dia sudah dikenal Allah sebab Allah mau mengenalnya. Sejak saat itulah pola perjalanan spiral dimulai; pengorbanan yang semakin hari semakin besar seiring dengan semakin bertambahnya umur, kemampuan intelektual, kekayaan, keluasan persepsinya terhadap kenyataan dan kekuasaan yang dimilikinya. Perjalanan dengan pola spiral dari Rabbul'alamin adalah perjalanan sebagaimana jalannya galaksi-galaksi - dan itulah yang kelak akan sampai ke Hadratur-rabbani, di tempat seseorang memiliki potensi Rabbaniah (setiap do'a/permintaannya dikabulkan).
Rasulullah Ibrahim as. berdo'a:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, sesungguhnya mereka termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS.Ibrahim: 36)
Ibrahim a.s. (dan nabi-nabi besar lainnya) senantiasa mendo'akan kebaikan untuk seluruh umatnya. Tidak hanya untuk pengikut-­pengikutnya, melainkan juga untuk para pembangkang, "Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," kata Ibrahim a.s. seolah mengingatkan Tuhan, khawatir Tuhan `lupa akan sifat Nya – sebagaimana seorang sahabat yang mengingatkan sahabatnya yang lain. Itulah Ibrahim a.s. yang menempati maqam 'Khalilullah' (sahabat Allah).
Demikian seharusnya kita dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar. Nahi munkar (mencegah kemungkaran) hendaknya dinyatakan dengan cinta kasih; mengubah kondisi tanpa membuat kerusakan di muka bumi. Rasulullah s.a.w. tidak marah ketika diludahi mukanya atau dimainkan jenggotnya di saat beliau sedang berdakwah. Adapun Rasulullah s.a.w. kemudian berperang, bukan berarti ia telah kehilangan cintanya. Perang yang dilakukan Rasulullah s.a.w. adalah dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai pemimpin umat (raja) yang harus membawa aspirasi rakyatnya. Misalnya, ketika para hafidz yang diutus berdakwah ke sebuah wilayah pulang tinggal jenazah, rakyat pun marah, menuntut Rasulullah s.a.w. maju memimpin mereka berperang. Rasululiah s.a.w. merespon kejadian itu menurut fungsinya sebagai raja (bukan sebagai pribadi), maju bersama rakyatnya melawan kedzaliman. Dalam beberapa kali peperangannya, pasukan yang dipimpin Rasulullah s.a.w terdesak. Jibril datang menawarkan bantuan, namun Rasulullah s.a.w. menolak bantuan malaikat yang hendak menghancurkan pasukan musuh itu. Peristiwa itu dinilai beliau sebagai suatu peristiwa yang paling ditakuti dalam hidupnya.
Sejak hijrah dari Mekkah ke Madinah, Rasulullah s.a.w. berjuang menyatukan umat manusia agar manusia menghambakan diri kepada Tuhannya. Perjuangan itu dimulai dengan mengisi keimanan (ketika di Mekkah) dan melanjutkannya dengan menanamkan konsep-konsep kema­syarakatan (ketika telah hijrah di Madinah), menyatukan suku-suku yang terus berperang di jazirah Arab, hingga akhimya seluruh jazirah Arab bersatu. Revolusi besar itu hanya membutuhkan waktu 23 tahun, maka tidak heran bila para sejarawan mana pun mengagumi revolusi sosial (revolusi umat) yang dipimpin Muhammad s.a.w.
Demikianlah tahun baru hijriah sesungguhnya merupakan tahun perjuangan; tahun ketika kita harus mulai mengemban ideologi dari Rabbul’alamin. Tetapi, tahun baru hijriah justru jarang diperingati. Banyak diantara kita yang lebih menyukai peringatan-peringatan miladiah (kelahiran, mauludan). Seiring dengan kekalahan peradaban Islam dari bangsa kolonial, penanggalan­-penanggalan hijriah pun tergusur oleh penanggalan miladiah.
Marilah kita memohon, mudah­-mudahan dengan memperingati dua momentum sekaligus (bulan haji dan tahun baru hijriah) kita mendapatkan ampunan-Nya, mohon berkah dan rahmat senantiasa tercurah ke dalam hati, sehingga dalam setiap langkah ada dalam panduan dan ridla-Nya. Amin.

Wassalamualaikum w.w

Sekarjalak, 21 Februari 2004
/ 30 Dzulhijjah 1424 H


MUHAMMAD ZUHRI